Minggu, 02 September 2012

JURNAL HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN LAMA HARI DIRAWAT PASIEN GASTRITIS DI RSU KEBUMEN


HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN LAMA
HARI DIRAWAT PASIEN GASTRITIS DI RSU KEBUMEN

Safrudin ANS1, Asrin2, Eti Purwatiningsih3
1,3Jurusan Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong
2Prodi Keperawatan Purwokerto

ABSTRACT
Sleep is a human basic need that is very influenced by factors such
as physiology, psychology and life style. The people who are sick need to
sleep and rest more than the others for their more easily recovery
process. Gastritis is one of diseases that lessen the patient’s sleep
quality. The patient will lose much energy that actually can be used for
the recovery process and as the result, she/he becomes weak.
The objective to prove the correlation between sleep quality with the
treatment duration of gastritis patients in Kebumen General Hospital.
The design used in the research was descriptive correlative design with
cross sectional approach. The data were analyzed by using correlation
Kendal Tau test to find out weather there was correlation between the
variables. The sample were taken by using accidental sampling. The
sample of the study were 20 respondents with inclusion and exclusion
criteria.
Research finding showed that the treatment duration at gastritis
patient in the inside disease ward of Kebumen, the largest percentage of
treatment duration at gastritis patient was shortly treatment that were 9
respondents (45%); description of sleeping quality at gastritis patient in
the inside disease ward of Kebumen General Hospital with the largest
percentage at adequate sleeping quality; there was significant correlation
between sleep quality with the treatment duration of gastritis patients in
Kebumen General Hospital with t-count 0.862 (p: 0.000).
Conclusion: research finding showed there was significant
correlation between sleep quality with the treatment duration of gastritis
patients in Kebumen General Hospital.
Keywords: sleep quality, the treatment duration, gastritis.

PENDAHULUAN
Kebutuhan fisiologis
sebagai kebutuhan utama
meliputi kebutuhan oksigen atau
bernafas, makan dan minum,
eliminasi, tidur dan istirahat
serta kebutuhan seksualitas
(Gaffar, 1999 cit Munardi, 2003).
Tidur yang tidak adekuat dan
kualitas tidur buruk dapat
mengakibatkan gangguan
keseimbangan fisiologi dan
psikologi. Dampak fisiologi
meliputi penurunan aktivitas
sehari-hari, rasa capai, lemah,
proses penyembuhan lambat,
daya tahan tubuh menurun dan
ketidakstabilan tanda-tanda
vital. Sedangkan dampak
psikologis meliputi depresi,
cemas dan tidak konsentrasi
(Briones, 1996 cit Bukit, 2003).
Menurut WHO (1995),
orang yang sedang sakit
membutuhkan istirahat dan
tidur lebih banyak dari pada
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
102
saat mereka normal karena
tubuh sedang bekerja keras
menyediakan energi untuk
pemulihan, namun banyak
aspek penyakit juga membuat
sulit dalam memenuhi
kebutuhan tidur dan istirahat.
Seseorang yang sesak nafas atau
mengalami gangguan pernafasan
sering mengalami kesulitan
tidur. Pasien yang mengalami
nyeri sering terbangun karena
nyeri tersebut (cit Bukit, 2003).
Tidur sebagai kebutuhan
dasar manusia sangat
dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor yang
mempengaruhi gangguan
pemenuhan tidur pada
seseorang. Potter dan Perry
(2006), mengemukakan faktor
yang mempengaruhi tidur yaitu:
faktor fisiologis, psikologis,
lingkungan dan gaya hidup.
Pengidentifikasian dan
penanganan gangguan pola tidur
klien adalah tujuan penting
perawat untuk membantu klien
mendapatkan kebutuhan
istirahat dan tidur, maka
perawat harus memahami sifat
alamiah dari tidur, faktor yang
mempengaruhi dan kebiasaan
tidur klien.
Masalah kesehatan yang
berhubungan dengan
pencernaan adalah beraneka
ragam salah satunya adalah
gastritis. Namun orang awam
biasanya mengenal gastritis
sebagai sakit maag. Sakit maag
sering kali digambarkan
sebagai "termakan"-nya
lambung kita oleh cairan
lambung. Kalau penyakit ini
menimpa, kita akan merasa
sakit luar biasa pada perut kiri
atas, sering muntah agak asam,
suhu badan naik, muka pucat,
nafsu makan kurang, kalau
sedang kosong perut terasa
sakit. Rasa pedih membuat kita
terbangun ditengah malam
buang hajat tidak teratur,
terkadang sembelit atau
mencret (Boyke, 2008).
Pada keadaan sakit
terdapat borok-borok pada
mukosa lambung. Borok terjadi
akibat tidak seimbangnya
sekresi asam lambung pepsin
dan mucus (produk kelenjar
pada mukosa lambung yang
berfungsi sebagai benteng bagi
lapisan mukosa lambung).
Karena lambung terletak di
rongga perut bagian atas agak
kiri (ulu hati) maka penderita
biasanya mengeluh sakit di
bagian ini. Rasa sakit ini akan
menyebabkan penderita sulit
untuk tidur. Apabila terjadi
keparahan maka energi yang
digunakan untuk proses
penyembuhan akan dialihkan
untuk menahan rasa sakit dan
tidak tidur. Akibat dari urutan
peristiwa diatas maka pasien
menjadi lebih lemah kondisinya
karena tidak bisa istirahat, hari
dirawat juga semakin lama
(Boyke, 2008).
Data di RSU Kebumen
pada tahun 2006 terdapat 98
pasien gastritis, tahun 2007
terdapat 126 pasien gastritis dan
tahun 2008 terdapat 76 pasien
gastritis. Berdasarkan studi
pendahuluan pada bulan
Januari sampai dengan Maret
2009 terhadap 3 pasien yang
telah dimintai keterangan
tentang faktor-faktor yang
dirasakan pasien gastritis di
ruang rawat inap bangsal
penyakit dalam RSU Kebumen
pada faktor fisiologis semua
pasien mengatakan nyeri berat
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
103
karena gastritis, pada faktor
psikologis semua pasien
mengatakan cemas sedang,
sedangkan faktor lingkungan
pasien mengatakan ruangan
kurang tenang sehingga tidurnya
terganggu.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini
menggunakan metode survey
dengan pendekatan cross
sectional, Uji statistik yang
digunakan adalah korelasi
Kendall Tau (τ). Populasi
penelitian ini adalah semua
pasien di ruang rawat inap RSU
Kebumen. Besar populasi pada
tahun 2008 sebanyak 76 orang.
Teknik yang digunakan
untuk pengambilan sampel
adalah accidental sampling.
Pengambilan sampel yang
dilakukan dengan mengambil
kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia
selama 22 April 2009 sampai
dengan 22 Juni 2009 dengan
kriteria inklusi dan eksklusi

HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
Hasil penelitian ini kemudian akan diuraikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
Gambaran lama hari dirawat pasien gastritis di ruang rawat inap RSU
Kebumen.
Tabel 1 Lama dirawat dalam penelitian hubungan kualitas tidur pasien
gastritis dengan lama hari perawatan di ruang rawat inap bangsal
penyakit dalam RSU Kebumen.
No Lama Hari Dirawat (Hari) Jumlah Prosentase
1 Tidak lama 9 45,0
2 Lama 8 40,0
3 Sangat lama 3 15,0
Total 20 100,0
Lama dirawat dalam
penelitian hubungan kualitas
tidur pasien gastritis dengan
lama hari dirawat di ruang rawat
inap bangsal penyakit dalam
RSU Kebumen, dengan
prosentase terbesar pada lama
perawatan tidak lama sejumlah
9 orang (45%) prosentase terkecil
dengan lama perawatan sangat
lama sejumlah 3 (15%).
Berdasarkan tabel 1. lama
dirawat dalam penelitian
hubungan kualitas tidur pasien
gastritis dengan lama hari
dirawat di ruang rawat inap
bangsal penyakit dalam RSU
Kebumen terbesar adalah tidak
lama atau 1-2 hari yakni
sebanyak 9 (45%), dan
prosentase terkecil dengan lama
perawatan sangat lama sebesar
3 (15%).
Lama hari dirawat terbesar pada
penderita gastritis adalah tidak
lama yaitu 1-2 hari sebanyak 9
(45%), ini kemungkinan karena
gastritis yang diderita mendapat
penanganan sesuai prosedur.
Menurut Hirlan (2004)
bahwa gastritis timbul secara
mendadak dengan keluhan rasa
tidak enak, nyeri pada daerah
epigastrium, yang mungkin
bertambah nyeri dengan adanya
nausea dan disusul dengan
vomitus. Serangan nyeri
kemungkin akan timbul lagi bila
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
104
perut kosong. Pada serangan
penderita berkeringat, gelisah ,
kesakitan pada perut, kadangkadang
disertai dengan panas
dan takhikardi. Dengan
penanganan sesuai prosedur
yang benar antara 1-2 hari
kemudian penyakitnya sembuh
kembali.
Penanganan perawatan modern
untuk menangani kondisi ini
terdiri dari perpaduan antara
pengobatan medis untuk gejala
fisik dan perawatan psikologis
guna mengurangi stres yang
ikut menimbulkan gejala
tersebut (McGhie, 1996).

Gambaran kualitas tidur gastritis pasien dengan gastritis di ruang
rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen.
Tabel 2 Kualitas tidur dalam penelitian hubungan kualitas tidur pasien
gastritis dengan lama hari dirawat di ruang rawat inap bangsal penyakit
dalam RSU Kebumen
No Kualitas Tidur Jumlah Persentase
1 Kurang 7 35,0
2 Cukup 10 50,0
3 Baik 3 15,0
Total 20 100,0
Kualitas tidur dalam
penelitian hubungan kualitas
tidur pasien gastritis dengan
lama hari dirawat di ruang rawat
inap bangsal penyakit dalam
RSU Kebumen, terbesar pada
kualitas tidur cukup sejumlah
10 (50%) dan terkecil pada
kualitas tidur baik sejumlah 3
(15%).
Berdasarkan tabel 2
diperoleh kualitas tidur dalam
penelitian hubungan kualitas
tidur pasien gastritis dengan
lama hari dirawat di ruang rawat
inap bangsal penyakit dalam
RSUD Kebumen pada tahun
2009 dengan n = 20, prosentase
terbesar pada kualitas tidur
cukup sebanyak 10 orang (50%)
dan terkecil pada kualitas tidur
baik sebanyak 3 orang (15%).
Prosentase kualitas tidur
terbesar adalah cukup ini
kemungkinan karena tidurnya
tak lagi terganggu karena terapi
terapi medis yang diberikan oleh
dokter dapat mengatasi keluhan
nyeri yang mengganggu istirahat.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Long (1996) bahwa
salah satu terapi medis yang
diberikan biasanya membantu
meringankan ketidaknyamanan
pada epigastrium karena
berguna juga untuk menetralisir
asam lambung. Jika asam
lambung tak dapat ditekan
produksinya hal ini akan
mengakibatkan peradangan
mukosa lambung akan
merangsang ujung saraf yang
terpajan yaitu saraf hipotolamus
untuk mengeluarkan asam
lambung, kontak antara lesi dan
asam lambung juga merangsang
mekanisme reflek lokal yang
dimulai dengan kontraksi otot
sehingga terjadi nyeri (Smeltzer,
2001).
Terapi medis yang diberikan
pada pasien gastritis biasanya
mengandung campuran garam
alumunium, garam magnesium
dan simetikon. Garam
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
105
alumunium dan magnesium
akan mengikat asam lambung
sehingga mengurangi keasaman
pada lambung, sedangkan
simetikon berguna untuk
membantu pengeluaran gas yang
berlebihan di dalam saluran
cerna (Syam, 2009).

Hubungan kualitas tidur pasien gastritis dengan lama hari dirawat di
ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen.
Tabel 3 Hubungan kualitas tidur pasien gastritis dengan lama hari
dirawat di ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen
Lama Dirawat Kualitas tidur ρ value
Kurang Cukup Baik
Tidak lama 0 6 3
Lama 4 4 0 0,862 0,000
Sangat lama 3 0 0
Total 7 10 3
Lama hari perawatan di ruang
rawat inap bangsal penyakit
dalam RSUD Kebumen tahun
2009 dengan n= 20, diperoleh
bahwa; kualitas tidur dengan
jumlah terbesar adalah cukup
sejumlah 10 orang pasien (50%),
dan terkecil adalah baik dengan
3 orang pasien (15%). Jumlah
terbanyak untuk kategori lama
hari perawatan adalah tidak
lama terbesar yaitu 9 hari (45%),
sedangkan lama perawatan
terkecil adalah dengan kategori
sangat lama yaitu 3 hari (15%).
Setelah dilakukan uji korelasi
Kendal tau didapatkan hasil
signifikasi 0,000 dengan P<0,05
berarti terdapat hubungan yang
negatif sebesar 0,862 atau 86,2%
antara kualitas tidur dengan
lama hari perawatan pasien
gastritis di bangsal penyakit
dalam RSUD Kebumen.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Potter dan Perry (2006)
bahwa tidur dan berbaring di
tempat tidur berguna untuk
mengurangi tuntutan fisik dan
psikologis terhadap tubuh.
Apabila kebutuhan tidur sudah
adekuat maka riwayat
keperawatan tersebut dapat
dipersingkat. Menurut Priharjo
(1996) bahwa tidur penting
untuk kesejahteraan fisik dan
mental, mencegah kelelahan fisik
dan mental. Seseorang yang
sedang sakit jika kualitas
tidurnya tercukupi maka energi
dapat digunakan untuk proses
pemulihan sel-sel tubuh
sehingga dapat mempersingkat
lama hari perawatan. Sebaliknya
jika tidur terganggu tentu
regenerasi sel-sel tubuh tidak
akan maksimal akibatnya tubuh
menjadi lemas dan rentan
terhadap penyakit.

SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada pasien gastritis
di RSU Kebumen pada tanggal
22 April 2009 sampai pada
tanggal 22 Juni 2009 dapat
diambil kesimpulan:
1. Lama hari dirawat pasien
gastritis di ruang rawat inap
bangsal penyakit dalam RSU
Kebumen, prosentase
terbesar pada lama
perawatan 1-2 hari atau tidak
lama (30%)
2. Gambaran kualitas tidur
pasien gastritis di ruang
rawat inap bangsal penyakit
dalam RSU Kebumen adalah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
106
prosentase terbesar pada
kualitas tidur cukup
sejumlah 10 orang (50%) .
3. Terdapat hubungan kualitas
tidur pasien gastritis dengan
lama hari dirawat di ruang
rawat inap bangsal penyakit
dalam RSU Kebumen.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan
dari hasil penelitian, peneliti
memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pihak RSU Kebumen
dikarenakan kualitas tidur
pasien gastritis di ruang
rawat inap bangsal penyakit
dalam prosentase terbesar
pada kualitas tidur cukup,
diharapkan dapat
meningkatkan kualitas tidur
pasien dengan memberikan
fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang menunjang
istirahat pasien.
2. Bagi perawat atau tenaga
kesehatan agar melakukan
perawatan sesuai prosedur
sehingga dapat menekan
perawatan penderita
gastritis, dan menjaga
kualitas tidur pasien
sehingga dalam 1-2 hari
kemudian penyakitnya
sembuh kembali.
3. Diharapkan dilakukan
penanganan perawatan
modern untuk menangani
gastritis dengan perpaduan
antara pengobatan medis
untuk gejala fisik dan
perawatan psikologis guna
meningkatkan kualitas tidur
sehingga lama hari
perawatan dapat lebih
pendek.

DAFTAR PUSTAKA
Al Ummah, B.M. 2008.
Metodologi Penelitian
kesehatan. Gombong: LP3M
STIKES Muhammadiyah.
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
__________. 1998. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
Boyke. 2008. Gastritis dan
Permasalahannya.
Terdapat pada
http://Boykedr.com/20080
201 (diakses tanggal 19
Februari 2008 pukul
17.00).
Brunner dan Sudarth. 2002.
Buku Ajar Keperawatan
medical Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Budiarto, E. 2002. Biostatistik
untuk Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC.
Bukit, K.E. 2003. ”Kualitas Tidur
dan Faktor-Faktor
Gangguan Tidur Klien
Lanjut Usia yang Dirawat di
Ruang Penyakit Dalam
Rumah sakit Medan ”.
Bagian Penyakit Dalam RSU
Medan.
Buysse, Dj dkk. 2008. The
Pittsburgh Sleep Quality
Index (PQSI). Terdapat pada:
www.ConsultGeriRN.org
(diakses tanggal 11
Februari 2009 pukul 13.00)
Darmojo, dkk. 2002. Geriatri
Ilmu Kesehatan Usia Lansia
Lanjut . Edisi 2. Jakarta:
FKUI.
Doengoes, Marlynn. 2000.
Rencana Asuhan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
107
Keperawatan. Edisi 8. EGC:
Jakarta.
Evans & French, 1995. Esential
of Medical-Surgical Nursing-
Bedress. USA: Mosby
Company.
Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi
9. Alih Bahasa Irawati
Setiawan. Jakarta: EGC.
Hadi, S. 1999. Gastroenterologi.
Bandung: Alumni.
Hawari, D. 2001. Manajemen
Stres, Cemas, dan Depresi.
Jakarta: Gaya Baru.
Hirawan, A. 2007. Sukses Tidur
Nyenyak. Terdapat pada:
http://Ameliahirawan.com/
20070901/ sukses
tidur_nyenyak .
Hirlan. 2004. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 2. Jakarta: Gaya
Baru.
Indradi, R. 2009. Antara Lama
Hari Dirawat (LD) dan Lama
Hari Perawatan (HP).
Terdapat pada:
http://www.ranocenter.net
//modules.php?name=New
s&file=
article&sid+152 ( diakses
tanggal 23 Februari 2009
pukul 13.30 wib).
Kaplan dan Sadock. 1997.
Sinopsis Psikiatri. Edisi 7.
Jilid II. Alih Bahasa Widjaya
Kusuma. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Long, C.B. 1996. Perawatan
Medikal Bedah. Jilid 3.
Bandung: Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Padjajaran.
Mansjoer, A. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius.
Munardi. 2003. ”Kajian Tentang
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebutuhan
Tidur Pada Pasien dengan
Perubahan Fungsi
Pernafasan Di Badan
Pelayanan Kesehatan RSU
Dr. Zainoel Abidin Aceh ”.
Skripsi USU Medan.
McGhie, A. 1996. Penerapan
Psikologi dalam Perawatan.
Yogyakarta: Andi.
Potter dan Perry. 2006.
Fundamental
Keperawatan.Jakarta: EGC.
Price, S. A. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Prose-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Priharjo, R. 1996. Perawatan
Nyeri Pemenuhan Aktifitas
Istirahat Pasien. Jakarta:
EGC.
Pudiyanti, P dkk. 2005. Tingat
Stres dan Kebiasaan
Pemakaian Obat Anti
Inflamasi Non Steroid
(OAINS) Pada Penderita
Gastritis Rawat Jalan di
Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungsari. Vol. 6 No. XII
Maret. Bandung: Fakultas
Ilmu Keperawatan
Universitas Padjajaran.
Riwidikdo, H. 2007. Statistik
Kesehatan. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.
__________ . 2006. Statistik
Kesehatan. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.
Sabiston,. 1995. Buku Ajar
bedah. Jakarta: EGC.
Sindo. 2008. Gastritis dan
Permasalahannya. Jakarta.
Koran Sindo.
Smeltzer, C.S. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan
Suddarth. Alih Bahasa
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
108
Agung Waluyo Edisi 8. Vol
2. Jakarta: EGC.
Smyth, C. 2009. The Pittsburgh
Sleep Quality Index (PQSI).
Terdapat pada:
www.hartfordign.org
(diakses tanggal 11
Februari 2009 pukul 14.00)
Subekti, H. 2009. Antara Lama
Dirawat dan Hari
Perawatan. Terdapat pada:
http://subektiheru.blogspot.com
/2009/02/antara-lamadirawat-
dan-hariperawatan.
html (diakses
tanggal 31 Juli 2009 pukul
19.30 wib).
Sugiyono. 2006. Statistik untuk
Penelitian. Bandung: CV
Alfabeta.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep
Dasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Sunny. 2008. Gastritis dan
Pencernaan. Yogyakarta:
Mitra Cendekia.
Syam, F.A. Panduan Kesehatan
sakit maag atau gastritis
dan penanganannya.
Terdapat pada:
http://.blogspot.com.html
(diakses tanggal 23 juli
2009 pukul 18.00 wib).
Turana. 2007. Istirahat untuk
Pasien (Suatu Kebutuhan
Fase Pemulihan Pasien).
Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas
Tarumanegara, Rumah
Sakit Sumber Waras
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar