HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN LAMA
HARI DIRAWAT PASIEN GASTRITIS DI RSU KEBUMEN
Safrudin ANS1, Asrin2,
Eti Purwatiningsih3
1,3Jurusan
Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong
2Prodi
Keperawatan Purwokerto
ABSTRACT
Sleep is a
human basic need that is very influenced by factors such
as physiology,
psychology and life style. The people who are sick need to
sleep and rest
more than the others for their more easily recovery
process. Gastritis
is one of diseases that lessen the patient’s sleep
quality. The
patient will lose much energy that actually can be used for
the recovery
process and as the result, she/he becomes weak.
The objective
to prove the correlation between sleep quality with the
treatment
duration of gastritis patients in Kebumen General Hospital.
The design used
in the research was descriptive correlative design with
cross
sectional approach. The data were analyzed by using
correlation
Kendal
Tau test to find out weather there was correlation between the
variables. The
sample were taken by using accidental sampling.
The
sample of the
study were 20 respondents with inclusion and exclusion
criteria.
Research
finding showed that the treatment duration at gastritis
patient in the
inside disease ward of Kebumen, the largest percentage of
treatment
duration at gastritis patient was shortly treatment that were 9
respondents
(45%); description of sleeping quality at gastritis patient in
the inside
disease ward of Kebumen General Hospital with the largest
percentage at
adequate sleeping quality; there was significant correlation
between sleep
quality with the treatment duration of gastritis patients in
Kebumen General
Hospital with t-count 0.862 (p: 0.000).
Conclusion:
research finding showed there was significant
correlation
between sleep quality with the treatment duration of gastritis
patients in
Kebumen General Hospital.
Keywords:
sleep quality, the
treatment duration, gastritis.
PENDAHULUAN
Kebutuhan fisiologis
sebagai
kebutuhan utama
meliputi
kebutuhan oksigen atau
bernafas, makan
dan minum,
eliminasi,
tidur dan istirahat
serta kebutuhan
seksualitas
(Gaffar, 1999 cit
Munardi, 2003).
Tidur yang
tidak adekuat dan
kualitas tidur
buruk dapat
mengakibatkan
gangguan
keseimbangan
fisiologi dan
psikologi.
Dampak fisiologi
meliputi
penurunan aktivitas
sehari-hari,
rasa capai, lemah,
proses
penyembuhan lambat,
daya tahan
tubuh menurun dan
ketidakstabilan
tanda-tanda
vital.
Sedangkan dampak
psikologis
meliputi depresi,
cemas dan tidak
konsentrasi
(Briones, 1996 cit
Bukit, 2003).
Menurut WHO
(1995),
orang yang
sedang sakit
membutuhkan
istirahat dan
tidur lebih
banyak dari pada
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
102
saat mereka
normal karena
tubuh sedang
bekerja keras
menyediakan
energi untuk
pemulihan,
namun banyak
aspek penyakit
juga membuat
sulit dalam
memenuhi
kebutuhan tidur
dan istirahat.
Seseorang yang
sesak nafas atau
mengalami
gangguan pernafasan
sering mengalami
kesulitan
tidur. Pasien
yang mengalami
nyeri sering
terbangun karena
nyeri tersebut
(cit Bukit,
2003).
Tidur sebagai
kebutuhan
dasar manusia
sangat
dipengaruhi
oleh berbagai
macam faktor
yang
mempengaruhi
gangguan
pemenuhan tidur
pada
seseorang.
Potter dan Perry
(2006),
mengemukakan faktor
yang
mempengaruhi tidur yaitu:
faktor
fisiologis, psikologis,
lingkungan dan
gaya hidup.
Pengidentifikasian
dan
penanganan
gangguan pola tidur
klien adalah
tujuan penting
perawat untuk
membantu klien
mendapatkan
kebutuhan
istirahat dan
tidur, maka
perawat harus
memahami sifat
alamiah dari
tidur, faktor yang
mempengaruhi
dan kebiasaan
tidur klien.
Masalah
kesehatan yang
berhubungan
dengan
pencernaan
adalah beraneka
ragam salah
satunya adalah
gastritis. Namun
orang awam
biasanya
mengenal gastritis
sebagai sakit
maag. Sakit maag
sering kali
digambarkan
sebagai
"termakan"-nya
lambung kita
oleh cairan
lambung. Kalau
penyakit ini
menimpa, kita
akan merasa
sakit luar
biasa pada perut kiri
atas, sering
muntah agak asam,
suhu badan
naik, muka pucat,
nafsu makan
kurang, kalau
sedang kosong
perut terasa
sakit. Rasa
pedih membuat kita
terbangun
ditengah malam
buang hajat
tidak teratur,
terkadang
sembelit atau
mencret (Boyke,
2008).
Pada keadaan
sakit
terdapat
borok-borok pada
mukosa lambung.
Borok terjadi
akibat tidak
seimbangnya
sekresi asam
lambung pepsin
dan mucus
(produk kelenjar
pada mukosa
lambung yang
berfungsi
sebagai benteng bagi
lapisan mukosa
lambung).
Karena lambung
terletak di
rongga perut
bagian atas agak
kiri (ulu hati)
maka penderita
biasanya
mengeluh sakit di
bagian ini.
Rasa sakit ini akan
menyebabkan
penderita sulit
untuk tidur.
Apabila terjadi
keparahan maka
energi yang
digunakan untuk
proses
penyembuhan
akan dialihkan
untuk menahan rasa
sakit dan
tidak tidur.
Akibat dari urutan
peristiwa
diatas maka pasien
menjadi lebih
lemah kondisinya
karena tidak
bisa istirahat, hari
dirawat juga
semakin lama
(Boyke, 2008).
Data di RSU
Kebumen
pada tahun 2006
terdapat 98
pasien
gastritis, tahun 2007
terdapat 126
pasien gastritis dan
tahun 2008
terdapat 76 pasien
gastritis.
Berdasarkan studi
pendahuluan
pada bulan
Januari sampai
dengan Maret
2009 terhadap 3
pasien yang
telah dimintai
keterangan
tentang
faktor-faktor yang
dirasakan
pasien gastritis di
ruang rawat
inap bangsal
penyakit dalam
RSU Kebumen
pada faktor
fisiologis semua
pasien
mengatakan nyeri berat
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
103
karena
gastritis, pada faktor
psikologis
semua pasien
mengatakan
cemas sedang,
sedangkan
faktor lingkungan
pasien
mengatakan ruangan
kurang tenang
sehingga tidurnya
terganggu.
METODE
PENELITIAN
Jenis
penelitian ini
menggunakan
metode survey
dengan
pendekatan cross
sectional,
Uji statistik yang
digunakan
adalah korelasi
Kendall
Tau (τ). Populasi
penelitian ini
adalah semua
pasien di ruang
rawat inap RSU
Kebumen. Besar
populasi pada
tahun 2008
sebanyak 76 orang.
Teknik yang
digunakan
untuk
pengambilan sampel
adalah accidental
sampling.
Pengambilan
sampel yang
dilakukan
dengan mengambil
kasus atau
responden yang
kebetulan ada
atau tersedia
selama 22 April
2009 sampai
dengan 22 Juni
2009 dengan
kriteria
inklusi dan eksklusi
HASIL
PENELITIAN DAN BAHASAN
Hasil
penelitian ini kemudian akan diuraikan dalam bentuk tabel
distribusi
frekuensi.
Gambaran
lama hari dirawat pasien gastritis di ruang rawat inap RSU
Kebumen.
Tabel 1 Lama
dirawat dalam penelitian hubungan kualitas tidur pasien
gastritis
dengan lama hari perawatan di ruang rawat inap bangsal
penyakit dalam
RSU Kebumen.
No Lama Hari
Dirawat (Hari) Jumlah Prosentase
1 Tidak lama 9
45,0
2 Lama 8 40,0
3 Sangat lama 3
15,0
Total 20 100,0
Lama dirawat
dalam
penelitian
hubungan kualitas
tidur pasien
gastritis dengan
lama hari
dirawat di ruang rawat
inap bangsal
penyakit dalam
RSU Kebumen,
dengan
prosentase
terbesar pada lama
perawatan tidak
lama sejumlah
9 orang (45%)
prosentase terkecil
dengan lama
perawatan sangat
lama sejumlah 3
(15%).
Berdasarkan
tabel 1. lama
dirawat dalam
penelitian
hubungan kualitas
tidur pasien
gastritis
dengan lama hari
dirawat di
ruang rawat inap
bangsal
penyakit dalam RSU
Kebumen
terbesar adalah tidak
lama atau 1-2
hari yakni
sebanyak 9
(45%), dan
prosentase
terkecil dengan lama
perawatan
sangat lama sebesar
3 (15%).
Lama hari
dirawat terbesar pada
penderita
gastritis adalah tidak
lama yaitu 1-2
hari sebanyak 9
(45%), ini
kemungkinan karena
gastritis yang
diderita mendapat
penanganan
sesuai prosedur.
Menurut Hirlan
(2004)
bahwa gastritis
timbul secara
mendadak dengan
keluhan rasa
tidak enak,
nyeri pada daerah
epigastrium,
yang mungkin
bertambah nyeri
dengan adanya
nausea dan
disusul dengan
vomitus.
Serangan nyeri
kemungkin akan
timbul lagi bila
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
104
perut kosong.
Pada serangan
penderita
berkeringat, gelisah ,
kesakitan pada
perut, kadangkadang
disertai dengan
panas
dan takhikardi.
Dengan
penanganan
sesuai prosedur
yang benar
antara 1-2 hari
kemudian
penyakitnya sembuh
kembali.
Penanganan
perawatan modern
untuk menangani
kondisi ini
terdiri dari
perpaduan antara
pengobatan
medis untuk gejala
fisik dan
perawatan psikologis
guna mengurangi
stres yang
ikut
menimbulkan gejala
tersebut
(McGhie, 1996).
Gambaran
kualitas tidur gastritis pasien dengan gastritis di ruang
rawat
inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen.
Tabel 2
Kualitas tidur dalam penelitian hubungan kualitas tidur pasien
gastritis
dengan lama hari dirawat di ruang rawat inap bangsal penyakit
dalam RSU
Kebumen
No Kualitas
Tidur Jumlah Persentase
1 Kurang 7 35,0
2 Cukup 10 50,0
3 Baik 3 15,0
Total 20 100,0
Kualitas tidur
dalam
penelitian
hubungan kualitas
tidur pasien
gastritis dengan
lama hari
dirawat di ruang rawat
inap bangsal
penyakit dalam
RSU Kebumen,
terbesar pada
kualitas tidur
cukup sejumlah
10 (50%) dan
terkecil pada
kualitas tidur
baik sejumlah 3
(15%).
Berdasarkan
tabel 2
diperoleh
kualitas tidur dalam
penelitian
hubungan kualitas
tidur pasien
gastritis dengan
lama hari
dirawat di ruang rawat
inap bangsal
penyakit dalam
RSUD Kebumen
pada tahun
2009 dengan n =
20, prosentase
terbesar pada
kualitas tidur
cukup sebanyak
10 orang (50%)
dan terkecil
pada kualitas tidur
baik sebanyak 3
orang (15%).
Prosentase
kualitas tidur
terbesar adalah
cukup ini
kemungkinan
karena tidurnya
tak lagi
terganggu karena terapi
terapi medis
yang diberikan oleh
dokter dapat
mengatasi keluhan
nyeri yang
mengganggu istirahat.
Hal ini sejalan
dengan
pendapat Long
(1996) bahwa
salah satu
terapi medis yang
diberikan
biasanya membantu
meringankan
ketidaknyamanan
pada epigastrium
karena
berguna juga
untuk menetralisir
asam lambung.
Jika asam
lambung tak
dapat ditekan
produksinya hal
ini akan
mengakibatkan
peradangan
mukosa lambung
akan
merangsang
ujung saraf yang
terpajan yaitu
saraf hipotolamus
untuk
mengeluarkan asam
lambung, kontak
antara lesi dan
asam lambung
juga merangsang
mekanisme
reflek lokal yang
dimulai dengan
kontraksi otot
sehingga
terjadi nyeri (Smeltzer,
2001).
Terapi medis
yang diberikan
pada pasien
gastritis biasanya
mengandung
campuran garam
alumunium, garam
magnesium
dan simetikon.
Garam
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
105
alumunium dan
magnesium
akan mengikat
asam lambung
sehingga
mengurangi keasaman
pada lambung,
sedangkan
simetikon
berguna untuk
membantu
pengeluaran gas yang
berlebihan di
dalam saluran
cerna (Syam,
2009).
Hubungan
kualitas tidur pasien gastritis dengan lama hari dirawat di
ruang
rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen.
Tabel 3
Hubungan kualitas tidur pasien gastritis dengan lama hari
dirawat di
ruang rawat inap bangsal penyakit dalam RSU Kebumen
Lama
Dirawat Kualitas tidur ρ
value
Kurang
Cukup Baik
Tidak
lama 0 6 3
Lama
4 4 0 0,862 0,000
Sangat
lama 3 0 0
Total
7 10 3
Lama hari
perawatan di ruang
rawat inap
bangsal penyakit
dalam RSUD
Kebumen tahun
2009 dengan n=
20, diperoleh
bahwa; kualitas
tidur dengan
jumlah terbesar
adalah cukup
sejumlah 10
orang pasien (50%),
dan terkecil
adalah baik dengan
3 orang pasien
(15%). Jumlah
terbanyak untuk
kategori lama
hari perawatan
adalah tidak
lama terbesar
yaitu 9 hari (45%),
sedangkan lama
perawatan
terkecil adalah
dengan kategori
sangat lama
yaitu 3 hari (15%).
Setelah
dilakukan uji korelasi
Kendal tau
didapatkan hasil
signifikasi
0,000 dengan P<0,05
berarti
terdapat hubungan yang
negatif sebesar
0,862 atau 86,2%
antara kualitas
tidur dengan
lama hari
perawatan pasien
gastritis di
bangsal penyakit
dalam RSUD
Kebumen.
Hal ini sejalan
dengan
pendapat Potter
dan Perry (2006)
bahwa tidur dan
berbaring di
tempat tidur
berguna untuk
mengurangi
tuntutan fisik dan
psikologis
terhadap tubuh.
Apabila
kebutuhan tidur sudah
adekuat maka
riwayat
keperawatan
tersebut dapat
dipersingkat.
Menurut Priharjo
(1996) bahwa
tidur penting
untuk
kesejahteraan fisik dan
mental,
mencegah kelelahan fisik
dan mental.
Seseorang yang
sedang sakit
jika kualitas
tidurnya
tercukupi maka energi
dapat digunakan
untuk proses
pemulihan
sel-sel tubuh
sehingga dapat
mempersingkat
lama hari
perawatan. Sebaliknya
jika tidur
terganggu tentu
regenerasi
sel-sel tubuh tidak
akan maksimal
akibatnya tubuh
menjadi lemas
dan rentan
terhadap
penyakit.
SIMPULAN
DAN SARAN
Dari hasil
penelitian yang
dilakukan pada
pasien gastritis
di RSU Kebumen
pada tanggal
22 April 2009
sampai pada
tanggal 22 Juni
2009 dapat
diambil
kesimpulan:
1. Lama hari
dirawat pasien
gastritis di
ruang rawat inap
bangsal
penyakit dalam RSU
Kebumen,
prosentase
terbesar pada
lama
perawatan 1-2
hari atau tidak
lama (30%)
2. Gambaran
kualitas tidur
pasien
gastritis di ruang
rawat inap
bangsal penyakit
dalam RSU Kebumen
adalah
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
106
prosentase
terbesar pada
kualitas tidur
cukup
sejumlah 10
orang (50%) .
3. Terdapat
hubungan kualitas
tidur pasien
gastritis dengan
lama hari
dirawat di ruang
rawat inap bangsal
penyakit
dalam RSU
Kebumen.
SARAN
Berdasarkan
kesimpulan
dari hasil
penelitian, peneliti
memberikan
saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pihak
RSU Kebumen
dikarenakan
kualitas tidur
pasien
gastritis di ruang
rawat inap
bangsal penyakit
dalam
prosentase terbesar
pada kualitas
tidur cukup,
diharapkan
dapat
meningkatkan
kualitas tidur
pasien dengan
memberikan
fasilitas dan
pelayanan
kesehatan yang
menunjang
istirahat
pasien.
2. Bagi perawat
atau tenaga
kesehatan agar
melakukan
perawatan sesuai
prosedur
sehingga dapat
menekan
perawatan
penderita
gastritis, dan
menjaga
kualitas tidur
pasien
sehingga dalam
1-2 hari
kemudian
penyakitnya
sembuh kembali.
3. Diharapkan
dilakukan
penanganan
perawatan
modern untuk
menangani
gastritis
dengan perpaduan
antara
pengobatan medis
untuk gejala
fisik dan
perawatan
psikologis guna
meningkatkan
kualitas tidur
sehingga lama
hari
perawatan dapat
lebih
pendek.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Ummah, B.M.
2008.
Metodologi
Penelitian
kesehatan.
Gombong: LP3M
STIKES
Muhammadiyah.
Arikunto, S.
2006. Prosedur
Penelitian
Suatu Pendekatan
Praktik
(revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
__________.
1998. Prosedur
Penelitian
Suatu Pendekatan
Praktik
(revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
Boyke. 2008. Gastritis
dan
Permasalahannya.
Terdapat pada
http://Boykedr.com/20080
201 (diakses
tanggal 19
Februari 2008
pukul
17.00).
Brunner dan
Sudarth. 2002.
Buku
Ajar Keperawatan
medical
Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Budiarto, E.
2002. Biostatistik
untuk
Kedokteran dan
Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta : EGC.
Bukit, K.E.
2003. ”Kualitas Tidur
dan
Faktor-Faktor
Gangguan
Tidur Klien
Lanjut
Usia yang Dirawat di
Ruang
Penyakit Dalam
Rumah
sakit Medan ”.
Bagian Penyakit
Dalam RSU
Medan.
Buysse, Dj dkk.
2008. The
Pittsburgh
Sleep Quality
Index
(PQSI). Terdapat pada:
www.ConsultGeriRN.org
(diakses
tanggal 11
Februari 2009
pukul 13.00)
Darmojo, dkk.
2002. Geriatri
Ilmu Kesehatan
Usia Lansia
Lanjut . Edisi
2. Jakarta:
FKUI.
Doengoes,
Marlynn. 2000.
Rencana
Asuhan
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
107
Keperawatan.
Edisi 8. EGC:
Jakarta.
Evans &
French, 1995. Esential
of
Medical-Surgical Nursing-
Bedress.
USA: Mosby
Company.
Guyton, A.C.
1997. Buku Ajar
Fisiologi
Kedokteran. Edisi
9.
Alih Bahasa Irawati
Setiawan.
Jakarta: EGC.
Hadi, S. 1999. Gastroenterologi.
Bandung:
Alumni.
Hawari, D.
2001. Manajemen
Stres,
Cemas, dan Depresi.
Jakarta: Gaya
Baru.
Hirawan, A.
2007. Sukses Tidur
Nyenyak.
Terdapat pada:
http://Ameliahirawan.com/
20070901/ sukses
tidur_nyenyak .
Hirlan. 2004. Ilmu
Penyakit
Dalam
Jilid 2. Jakarta: Gaya
Baru.
Indradi, R.
2009. Antara Lama
Hari
Dirawat (LD) dan Lama
Hari
Perawatan (HP).
Terdapat pada:
http://www.ranocenter.net
//modules.php?name=New
s&file=
article&sid+152
( diakses
tanggal 23
Februari 2009
pukul 13.30
wib).
Kaplan dan
Sadock. 1997.
Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7.
Jilid
II. Alih Bahasa Widjaya
Kusuma.
Jakarta: Binarupa
Aksara.
Long, C.B.
1996. Perawatan
Medikal
Bedah. Jilid 3.
Bandung: Ikatan
Alumni
Pendidikan
Keperawatan
Padjajaran.
Mansjoer, A.
2000. Kapita
Selekta
Kedokteran.
Jakarta: Media
Aesculapius.
Munardi. 2003. ”Kajian
Tentang
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kebutuhan
Tidur
Pada Pasien dengan
Perubahan
Fungsi
Pernafasan
Di Badan
Pelayanan
Kesehatan RSU
Dr.
Zainoel Abidin Aceh ”.
Skripsi USU
Medan.
McGhie, A.
1996. Penerapan
Psikologi
dalam Perawatan.
Yogyakarta:
Andi.
Potter dan
Perry. 2006.
Fundamental
Keperawatan.Jakarta:
EGC.
Price, S. A.
1995. Patofisiologi
Konsep
Klinis Prose-proses
Penyakit.
Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Priharjo, R.
1996. Perawatan
Nyeri
Pemenuhan Aktifitas
Istirahat
Pasien. Jakarta:
EGC.
Pudiyanti, P
dkk. 2005. Tingat
Stres
dan Kebiasaan
Pemakaian
Obat Anti
Inflamasi
Non Steroid
(OAINS)
Pada Penderita
Gastritis
Rawat Jalan di
Wilayah
Kerja Puskesmas
Tanjungsari.
Vol. 6 No. XII
Maret.
Bandung: Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Padjajaran.
Riwidikdo, H.
2007. Statistik
Kesehatan.
Yogyakarta:
Mitra Cendikia
Press.
__________ .
2006. Statistik
Kesehatan.
Yogyakarta:
Mitra Cendikia
Press.
Sabiston,.
1995. Buku Ajar
bedah.
Jakarta: EGC.
Sindo. 2008. Gastritis
dan
Permasalahannya.
Jakarta.
Koran Sindo.
Smeltzer, C.S.
2001. Buku Ajar
Keperawatan
Medikal
Bedah
Brunner dan
Suddarth.
Alih Bahasa
Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 2, Juni 2009
108
Agung
Waluyo Edisi 8. Vol
2.
Jakarta: EGC.
Smyth, C. 2009.
The Pittsburgh
Sleep
Quality Index (PQSI).
Terdapat pada:
www.hartfordign.org
(diakses
tanggal 11
Februari 2009
pukul 14.00)
Subekti, H.
2009. Antara Lama
Dirawat
dan Hari
Perawatan.
Terdapat pada:
http://subektiheru.blogspot.com
/2009/02/antara-lamadirawat-
dan-hariperawatan.
html (diakses
tanggal 31 Juli
2009 pukul
19.30 wib).
Sugiyono. 2006.
Statistik untuk
Penelitian.
Bandung: CV
Alfabeta.
Suliswati, dkk.
2005. Konsep
Dasar
Keperawatan
Kesehatan
Jiwa. Jakarta:
EGC.
Sunny. 2008. Gastritis
dan
Pencernaan.
Yogyakarta:
Mitra Cendekia.
Syam, F.A. Panduan
Kesehatan
sakit maag
atau gastritis
dan
penanganannya.
Terdapat pada:
http://.blogspot.com.html
(diakses
tanggal 23 juli
2009 pukul
18.00 wib).
Turana. 2007. Istirahat
untuk
Pasien
(Suatu Kebutuhan
Fase
Pemulihan Pasien).
Jakarta: Bagian
Ilmu
Kesehatan Anak,
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Tarumanegara,
Rumah
Sakit Sumber
Waras
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar