HARGA DIRI RENDAH
PENGERTIAN
Gangguan
harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
( Townsend, 1998 ).
Menurut
Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi
Ana Keliat, 1999).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat
diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
PENYEBAB
Biasanya
yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan positif, perasaan di
tolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan, ego yang
belum berkembang dan menghakimi super ego. (keliat, 1998).
1.
Faktor predisposisi
Faktor
predisposisi dari gangguan konsep diri : harga diri rendah (Budi Ana keliat,
1992)
a. Pengalaman masa kanak-kanak dapat
merupakan faktor konstribusi pada gangguan konsep diri.
b. Anak yang tidak menerima kasih
sayang
c. Individu yang tidak mengerti akan
dengan tujuan kehidupan akan gagal menerima tangguang jawab untuk diri sendiri
d. Penolakan orang tua, harapan yang
tidak realistis, tergangtung pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
Faktor
predispoisisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut Stuart dan
Sundeen, dalam Keliat, (1998:2). Faktor yang mempengaruhi diri rendah meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jwab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
2.
Faktor presipitasi
a. Pola asuh anak yang tidak tepat
atau dituruti, dilarang, dituntut
b. Kesalahan dan kegagalan berulang
kali
c. Cita-cita yang tidak dapat
dicapai
d. Gagal bertanggung jawab terhadap
diri sendiri
Tanda
dan gejala :
·
Perasaan
malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
·
Rasa
bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
·
Gangguan
hubungan sosial (menarik diri)
·
Percaya
diri kurang (sukar mengambil keputusan)
·
Mencederai
diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat,
1999)
2. Penyebab dari harga diri rendah
Salah satu
penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka
disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respon
intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep
diri berdasarkan persepsi kehilangan.
Tanda dan gejala :
o Rasa
bersalah
o Adanya
penolakan
o Marah,
sedih dan menangis
o Perubahan
pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
o Mengungkapkan
tidak berdaya
2. Akibat dari harga diri rendah
Harga diri rendah dapat
beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain (Rawlins,1993).
Tanda dan gejala :
§ Apatis,
ekspresi sedih, afek tumpul
§ Menghindar
dari orang lain (menyendiri)
§ Komunikasi
kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
§ Tidak
ada kontak mata, klien sering menunduk
§ Berdiam
diri di kamar/klien kurang mobilitas
§ Menolak
berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap
§ Tidak/
jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi
Anna Keliat, 1998)
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan
Depersonalisasi
Diri Positif Rendah
Identitas
Salah satu komponen konsep diri yaitu
harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat,
1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah
menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas
kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri
rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan
kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang
lain.
Gangguan harga diri rendah di
gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri
secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan
yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
- Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam.
- Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
- Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
- Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
- Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan
harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
- Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
- Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama
D. POHON MASALAH
Berduka
disfungsional
Gangguan
konsep diri : Harga diri rendah Core
proble
Resiko
isolasi sosial: menarik diri
E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
- Masalah keperawatan :
- Resiko isolasi sosial : menarik diri.
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
- Berduka disfungsional.
- Data yang perlu dikaji :
- Data subyektif :
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. - Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
- Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
- Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
- Tujuan khusus :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan inteniksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
- Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
- Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis.
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
- Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
- Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
- Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
- Beri pujian atas keberhasilan
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
- Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
- Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
- Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
- Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
- Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
- Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
- Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
- Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar