Minggu, 26 Februari 2012

RESIKO BUNUH DIRI ujaulouta


Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif. 
·      Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.

Rentang adaptif          : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Putus harapan, Tidak    berdaya, Putus asa, Apatis, Gagal dan kehilangan, Ragu-ragu, Sedih, Depresi Bunuh diri
·      Respon maladaptif antara lain :
1.    Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang  bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
2.    Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.
3.    Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
4.    Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri  untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

      Penyebab
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
  1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
  2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
  3. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
  4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab yang lain yaitu
  1. Faktor genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
  1. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
  1. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
  1. Penyebab lain
·           Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
·           Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
·           Tangisan untuk minta bantuan
·           Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik

    Factor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
a.       Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b.      Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c.       Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

d.      Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
e.       Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media  proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
    Factor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a.         Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b.        Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c.         Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
d.        Cara untuk mengakhiri keputusasaan.



RRentang masalah
 Respon                                                                                                                        Respon
 Adaptif                                                                                                                     Maladaptif
 

Self enhancement         Growth                           Indirect self               Self injury               Suicide
                            promoting risk taking          destructive behavior

      Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
1.    Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2.    Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3.    Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.


POHON MASALAH


        Resiko menciderai diri sendiri, orang lain



 

                      (Resiko bunuh diri)                                             ( core problem)

             Harga diri rendah : faktor penyebab

F.       Tanda dan gejala
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut.
Petunjuk dan gejala yaitu
a.         Keputusasaan
b.         Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c.         Alam perasaan depresi
d.        Agitasi dan gelisah
e.         Insomnia yang menetap
f.          Penurunan BB
g.         Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
h.         Petunjuk psikiatrik
1)        Upaya bunuh diri sebelumnya
2)        Kelainan afektif
3)        Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
4)        Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
5)        Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
6)        Riwayat psikososial
a)        Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b)        Hidup sendiri
c)        Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
d)       Faktor-faktor kepribadian
1.         Implisit, agresif, rasa bermusuhan
2.         Kegiatan kognitif dan negative
3.         Keputusasaan
4.         Harga diri rendah
5.         Batasan/gangguan kepribadian antisosial

G.      Asuhan keperawatan
1.    Pengertian
Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang :
1.    Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga).
2.    Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
3.    Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4.    Riwayat pengobatan.
5.    Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6.    Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan mood.
7.    Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
a.    Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
b.    Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
c.    Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan gangguan mood).
d.   Sistem pendukung yang ada.
e.    Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
f.     Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.

2.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul  pada prilaku percobaan bunuh diri :
1.    Dorongan yang kuat untuk bunuh diri berhubungan dengan gangguan alam perasaan : depresi.
2.    Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres, perasaan bersalah.
3.    Koping yang tidak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai pemecahan masalah.
4.    Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan keadaan stress yang tiba-tiba
5.    Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun.
6.    Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal).
3.    Rencana tindakan
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat melindungi diri sendiri. Intervensi yang dibuat dan dilaksanakan terus mengacu pada etiologi dari diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan tercapai.
Menurut Stuart dan Sundeen (1997) dalam Keliat (1991 : 13) mengidentifikasi intervensi utama pada klien untuk prilaku bunuh diri yaitu :
a.       Melindungi : Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan.
b.      Meningkatkan harga diri, Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien mngekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif.
c.       Menguatkan koping yang konstruktif/sehat. Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru.
d.      Menggali perasaan, Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.
e.       Menggerakkan dukungan sosial, untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.
4.    Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.



Aktivitas keperawatan secara umum :
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara :
·          Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
·          Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi;
·          Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
·          Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
·          Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan tindakan yang mencederai diri Misalnya : ”Saya tidak akan mencederai diri saya selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap perawat.”
·          Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan catatan :
    1. Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
    2. Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan.
    3. Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien kembali pada tempatnya.
·          Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum.
·          Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.
·          Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.
·          Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalam tas plastic)
·          Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit.
·          Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan
·          Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya.
·          Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu adanya komunikasi oral dan tertulis pada semua staf.

Membantu meningkatkan harga diri klien
·          Tidak menghakimi dan empati
·          Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
·          Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
·          Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah
·         Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.

4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
  • Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat
  • Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.
  • Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
  • Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
  • Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
  • Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’
  • Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
  • Explorasi perilaku alternative
  • Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai
  • Bantu klien untuk mengidentifikasi pola piker yang negative dan mengarahkan secara langsung untuk merubahnya yang rasional.
7. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan
·          Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang mengatasi stress (relaxation, problem-solving skills).
·          Mengajari keluarga technique limit setting
·          Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif
·          Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan resiko : perubahan perilaku, komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.

5.    Evaluasi
1.       Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat,jumlah asal atau waktu.
2.       Klien menggunakan koping yang adaptif.
3.       Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.
4.       Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial.
5.       Sumber koping klien telah cukup dikaji dan dikerahkan.


Daftar Pustaka
CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company, Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier Mosby, Philadelphia
Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St Louis.
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.
Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar